Kangkung (Ipomoea reptans) merupakan Kangkung dikenal sebagai salah satu sayuran khas di kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia. Tidak hanya lezat untuk dijadikan masakan, kangkung mengandung beberapa gizi yang dibutuhkan tubuh. Selain zat gizi makro seperti karbohodirat dan protein, kangkung juga banyak mengandung vitamin dan mineral, di antaranya vitamin A, vitamin B, vitamin C, kalsium, fosfor, zat besi, selenium, zinc, dan sebagainya.
Di dalam kangkung juga terdapat karoten, hentriakontan, dan sitosterol yang memiliki manfaat sebagai anti inflamasi, diuretik dan hemostatik. Kangkung gizi kangkung juga bisa disebut sebagai sumber antioksidan karena kaya akan senyawa fitokimia. Beberapa senyawa fitokimia yang ada di dalam kangkung di antaranya adalah alkaloid, flavonoid, kuinon, tanin, polifenol, dan saponin. Semua senyawa fitokimia tersebut memiliki aktivitas antioksidan yang bisa menangkal berbagai radikal bebas.
Beberapa manfaat kangkung bagu kesehatan adalah menurunkan risiko penyakit hati, stroke, masalah tekanan darah, osteoporosis, infeksi saluran cerna, dan katarak. Kangkung mengandung purin yang cukup tinggi, sehingga konsumsi kangkung untuk penderita asam urat sebaiknya dibatasi.
Food and Nutrition Center Filipina menyebutkan bahwa kangkung juga mengandung natrium dan kalium. Jumlah kandungan natrium di dalam 100 gram kangkung segar adalah 49 mg, sedangkan jumlah kandungan kalium sebanyak 458 mg. Kedua mineral inilah yang menimbulkan rasa kantuk setelah mengonsumsi kangkung. Kalium dan natrium merupakan senyawa bromid yang memiliki efek seperti obat tidur.
Benih atau biji kangkung tidak perlu direndam. Benih kangkung ditanam di tempat yang terkena sinar matahari langsung, kemudian dirawat. Benih mengeluarkan tunas 3-5 hari setelah tanam. Kangkung dapat dipanen 21-28 hari setelah tanam. Kangkung biasan dipanen dengan dicabut atau dipangkas.